Kamis, 02 September 2010

Harga sebuah KEBESARAN adalah Tanggung Jawab

”ANDA TIDAK DAPAT LARI DARI TANGGUNG
JAWAB HARI ESOK DENGAN
MENGHINDARINYA PADA HARI INI ”
(Abraham Lincoln)
eringkali kita mendengar istilah Tanggung
Jawab, bukan? Makna dari istilah
“tanggung jawab” adalah siap menerima
kewajiban atau tugas. Arti tanggung jawab ini
seharusnya sangat mudah untuk dimengerti
oleh setiap orang. Tetapi jika kita diminta
untuk melakukannya sesuai dengan definisi
tanggung jawab tadi, maka seringkali masih
merasa sulit, merasa keberatan, dan juga
kadang merasa tidak sanggup. Kebanyakan
orang mengelak bertanggung jawab , karena
jauh lebih mudah untuk “menghindari”
tanggung jawab, daripada “ menerima “
tanggung jawab.
Banyak orang yang mengelak tanggung jawab,
karena lebih mudah menggeser tanggung
jawabnya, daripada berdiri dengan berani dan
menyatakan dengan tegas bahwa, “ini
tanggung jawab saya!” Banyak orang yang
sangat senang dengan melempar tanggung
jawabnya ke pundak orang lain.
Kebalikan dari menerima tanggung jawab
adalah membuat alasan dan menyalahkan
orang dari hal‐hal yang terjadi dalam hidup
kita. Dan karena segala sesuatu yang kita
lakukan adalah masalah kebiasaan, jika orang
masuk kedalam suatu kebiasaan membuat
alasan, maka mereka masuk ke dalam
kebiasaan menghindari tanggung jawab pada
saat yang sama.

Article by : Bp. Johan Prasetyo
Service Manager
Edited by Redaksi
The Price for Greatness Harga untuk sebuah KEBESARAN
TJ SHARE & GROW
Volume 8 / Juni 2010
Positive Weekly Inspiration
For TOPJAYA GROUP
Harga sebuah KEBESARAN adalah
Tanggung Jawab
”ANDA TIDAK DAPAT LARI DARI TANGGUNG
JAWAB HARI ESOK DENGAN
MENGHINDARINYA PADA HARI INI ”
(Abraham Lincoln)
eringkali kita mendengar istilah Tanggung
Jawab, bukan? Makna dari istilah
“tanggung jawab” adalah siap menerima
kewajiban atau tugas. Arti tanggung jawab ini
seharusnya sangat mudah untuk dimengerti
oleh setiap orang. Tetapi jika kita diminta
untuk melakukannya sesuai dengan definisi
tanggung jawab tadi, maka seringkali masih
merasa sulit, merasa keberatan, dan juga
kadang merasa tidak sanggup. Kebanyakan
orang mengelak bertanggung jawab , karena
jauh lebih mudah untuk “menghindari”
tanggung jawab, daripada “ menerima “
tanggung jawab.
Banyak orang yang mengelak tanggung jawab,
karena lebih mudah menggeser tanggung
jawabnya, daripada berdiri dengan berani dan
menyatakan dengan tegas bahwa, “ini
tanggung jawab saya!” Banyak orang yang
sangat senang dengan melempar tanggung
jawabnya ke pundak orang lain.
Kebalikan dari menerima tanggung jawab
adalah membuat alasan dan menyalahkan
orang dari hal‐hal yang terjadi dalam hidup
kita. Dan karena segala sesuatu yang kita
lakukan adalah masalah kebiasaan, jika orang
masuk kedalam suatu kebiasaan membuat
alasan, maka mereka masuk ke dalam
kebiasaan menghindari tanggung jawab pada
saat yang sama.
Tujuan besar anda dalam hidup adalah untuk
mengembangkan karakter. Karakter terdiri
dari harga diri, disiplin diri, yang memiliki
kemampuan untuk menunda kepuasan, dan
kemauan untuk menerima tanggung jawab
penuh atas kehidupan kita dan segala sesuatu
di dalam nya. Semakin anda berkata kepada
diri sendiri, “ saya bertanggung jawab,” maka
semakin kuat, semakin lebih baik dan
bermutu anda menjadi seseorang.
Dikisahkan, sebuah keluarga mempunyai anak
semata wayang. Ayah dan ibu sibuk bekerja
dan cenderung memanjakan si anak dengan
berbagai fasilitas. Hal tersebut membuat si
anak tumbuh menjadi anak yang manja, malas
dan pandai berdalih menghindari segala
macam tanggung jawab. Setiap kali si ibu
menyuruh untuk membersihkan ruangan
kamar dan merapikan sepatunya , seringkali ia
dengan segera menjawab : “kan ada si bibi
yang bisa mengerjakannya”. Demikian juga
dengan tugas – tugas lain nya selalu dijawab
dengan berbagai macam alasan untuk
menghindari tanggung jawab.
Sampai suatu saat ayah dan ibu berpikir keras
memikirkan cara untuk merubah sikap anak
nya, dan mereka pun menemukan suatu cara
dan berniat memberikan pelajaran buat
anaknya. Suatu hari, atas kesepakatan
bersama, uang saku yang rutin diterima setiap
hari, pagi itu tidak diberikan. Si anak pun
protes dengan keras dan dengan kata – kata
kasar, “ Mengapa Papa tidak memberiku uang
saku? Mau aku mati kelaparan di sekolah ya?”
Sambil tersenyum si ayah menjawab, ”untuk
apa uang saku, toh nanti habis lagi?”
Demikian pula dengan sarapan pagi, dia
duduk di meja makan tetapi tidak ada
makanan tersedia. Anak itu pun kembali
berteriak protes. ”Ma, lapar Nih. Mana
Makanan nya ya? Aku mau buru‐buru ke
sekolah.” ”Untuk apa makan? Toh nanti lapar
lagi?” jawab si ibu tenang. Sambil
kebingungan si anak berangkat ke sekolah
tanpa bekal uang dan juga dengan perut
kosong. Seharian di sekolah, dia merasa
tersiksa, tidak berkonsentrasi karena lapar
dan jengkel. Dia merasa kalau orangtuanya
sekarang sudah tidak lagi menyayanginya.
Pada malam hari, sambil menyiapkan makan
malam, sang ibu berkata, “Anakku, saat akan
makan, kita harus menyiapkan makanan di
dapur. Setelah itu, ada tanggung jawab untuk
membersihkan perlengkapan kotor. Tidak ada
S
alasan untuk tidak mengerjakan nya dan akan
terus begitu selama kita harus makan untuk
kelangsungan hidup. Sekarang makan, besok
juga makan lagi. Hari ini mandi, nanti kotor,
dan harus mandi lagi. Hidup adalah
rangkaian tanggung jawab, setiap hari harus
mengulangi hal‐hal baik. Jangan berdalih
tidak mau melakukan ini itu karena dorongan
kemalasan kamu. Ibu harap kamu mengerti.”
Si anak menganggukkan kepala, ”Ya Ayah Ibu,
saya mulai mengerti. Saya juga berjanji untuk
tidak akan mengulangi lagi.”
Dalam kehidupan, kita selalu memikul
tanggung jawab. Sedari kecil, remaja, dewasa,
hingga tua, kita akan terus menerus
melakukan aktivitas – aktivitas kecil maupun
besar sebagai bentuk kewajiban yang kita
emban. Ketika kita mengabaikan tanggung
jawab, bersiaplah untuk juga diabaikan oleh
kehidupan. Karena itu, hanya dengan selalu
melakukan kebiasaan positif, dengan
kesadaran penuh dan dilakukan secara terus
menerus, maka sikap tanggung jawab akan
menjadi ciri khas kita yang dapat membawa
diri pada kehidupan yang lebih baik dan lebih
bermutu. Semoga kita semua bisa memahami
makna tanggung jawab yang sebenarnya di
kehidupan ini.
I Will pay the price for
Greatness

0 komentar:

Posting Komentar